Langsung ke konten utama
BAB 1. PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang

Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang habitat dari mahluk hidup. Agrikultur adalah bagaimana cara tanaman agar menghasilkan sumber makanan dengan jalan, menumbuhkannya di lahan. Dapat disimpulkan bahwa agroekologi adalah, ilmu yang mempelajari tentang suatu wilayah atau habitat tanaman yang dibudidayan agar mampu menghasilkan makanan bagi mahluk hidup. Agroekologi memiliki beberapa komponen utama yaitu iklim, tanah, dan juga bentuk wilayah.

Iklim merupakan bentuk dari perubahan usur cuaca dengan cakupan wilayah yang luas dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Unsur cuaca antara lain, suhu, kelembaban, angin, tekanan udara, jumlah partikel atmosfer, dan curah hujan (presipitasi).

Tanah adalah hasil dari pelapukan batuan akibat adanya pengaruh biologis, kimiawi, dan juga fisik. Tanah merupakan unsur terpenting di bumi, karena sebagian dari wilayah bumi adalah daratan. Tanah berperan sebagai tempat tinggal dan berpijak bagi mahluk hidup. Tanah juga berperan sebagai media tumbuh bagi tanaman yang menjadi sumber kehidupan dari mahluk hidup.

Usaha tani atau agro industri sangat dipengaruhi komponen utama aroekologi, karena komponen tersebut merupakan penentu bagaimana suatu usaha tani agar dapat berkembang. Bentuk suatu wilayah, baik berupa lembah atau pegunungan dapat digunakan untuk menentukan tanaman apa yang cocok untuk ditanam pada wilayah tersebut. Jenis tanah juga berpengaruh pada apa saja jenis zat hara yang terkandung didalamnya, sehingga dapat dijadikan rujukan untuk menanam tanaman yang baik ditanam pada jenis tanah yang digunakan sebagai media tanam.

Teknologi pertanian juga sangat penting bagi pertanian, karena dapat membantu untuk melakukan peningkatan kualitas produksi pertanian. Teknologi pertanian juga berguna sebagai media untuk melakukan rekayasa pada komponen utama agroekologi. lahan miring mulanya hanya ditanami tanaman kayu, makadilakukan terasering agar lahan miring dapat menjadi area persawahan.

Petani harus cerdas agar mampu menerapkan teknologi yang tepat untuk diaplikasikan pada tanamannya. untuk mendapat hasil yang baik, diperlukan kondisi yang tepat untuk setiap tanaman, agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Petani harus dapat menentukan tanaman apa yang paling menguntungkan jika ditanam di lahannya, sehingga akan tercipta kesejahteraan para petani.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa petani harus memiliki pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi pertanian yang telah ada agar dapat menjadi evaluasi atau pengetahuan tentang lahan dan pemanfaatannya, sehingga terjadi efisiensi dan juga optimalisasi lahan yang dimiliki petani.


1.2 Tujuan

  1. Menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di suatu wilayah ke dalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai jenis peta, sehingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan lingkungan di suatu wilayah.

  1. Melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman atau komoditas pertanian penting, serta kesesuaian teknologi pada suatu wilayah.

  1. Mengidentifikasi berbagai komoditas pertanian unggulan spesifik lokasi, serta mengidentifikasi kebutuhan teknologinya

  1. Memberikan masukan dalam rangka perencanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan komoditas unggulan spesifik lokasi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Dalam agroekologi terdapat komponen utama yaitu iklim, fisiografi atau bisa disebut bentuk wilayah dan tanah. Ketiga komponen tersebut saling berhubungan. Keadaan tanah sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim antara lain hujan, suhu, dan kelembaban. Dari pengaruh tersebut tidak semuanya menguntungkan, tetapi juga ada yang merugikan bagi para petani. Sebagian besar petani merasa tidak aman dan merasa sumber pendapatannya terancam (Syndikus et all., 2013).

Tanah berasal dari bebatuan yang telah mengalami pelapukan. Tanah sangat penting bagi kehidupan manusia karena manusia hidup di atas tanah. Salah satu peran tanah bagi manusia yaitu untuk tempat bercocok tanam. Di setiap daerah kesuburan tanah itu berbeda. Sifat fisik tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Salah satunya, tekstur tanah yang kasar mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena semakin kasar tekstur tanah kemampuan tanah dalam meretensi air dan hara serta membuat tanah peka terhadap erosi. Maka dari itu lahan perlu dikonservasi supaya tanah terjaga kesuburannya dan dapat mencegah erosi (Suharta, 2017).

Iklim merupakan rerata cuaca. Iklim dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal (Mei, 2014). Iklim sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang tanaman. Keragaman tanaman ditentukan oleh faktor iklim utama atau internal yaitu suhu dan kelengasan. Daerah tropis termasuk Indonesia dibagi menjadi suhu panasa dan sejuk. Di Indonesia juga mempunyai rezim suhu yang dingin.

Zona agroekologi digunakan untuk mengelompokkan komoditas yang dapat dikembangkan di area yang sesuai dengan kondisi tanah (Suriadikusumah, dkk., 2014). Zona agroekologi ini sangat membantu dalam perkembangan pembangunan pertanian di setiap daerah. Tujuan ditetapkannya zona agroekologi (ZAE) ialah untuk menentukan komoditas unggulan yang dimiliki di setiap daerah. Komoditas dari setiap daerah ditentukan oleh zona agroekologi yaitu jenis tanahnya serta iklim di daerah tersebut. Adanya zona agroekologi memudahkandalam menentukan jenis tanaman yang cocok ditanam di daerah tersebut sesuai dalam zona agroekologi.

Tanah merupakan salah satu komponen agroekologi. Ketinggian permukaan tanah yang dihitug dari permukaan laut, sangat mempengaruhi terjadinya iklim di wilayah yang bersangkutan. Tingginya permukaan tanah mempengaruhi komponen iklim seperti suhu, curah hujan, kecepatan angin, dan lain sebagainya (Sipahutar A.H., dkk, 2014).

Suhu juga memiliki peran yang tidak kalah penting. Setiap tanaman memiliki toleransi yang berbeda tiap tanaman, suhu yang terlalu tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, begitupula jika suhu terlalu rendah akan menghambat pertumbuhan tanaman (Hamdani J.S., dkk, 2016)
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum acara “Analisis Peta Zona Agroekologi” dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 Oktober 2017 pukul 16.10-17.50 di Laboratorium Produksi tanaman, Jurusan Agronomi, Universitas Jember.

3.2 Alat dan bahan

3.2.1 Alat

  1. Alat tulis

  1. Sepidol 3 warna (mera, biru, hitam)

  1. Kertas A4

  1. Pengaris

  1. Kertas kalkir

3.2.2 Bahan

1 Peta wilayah

3.3 Pelaksanaan praktikum

  1. Memperoleh peta jenis tanah, peta iklim dan peta topografi dengan skala 1:180.000 beserta data dasarnya pada Laboratorium Agroklimat sebagai rujukan.

  1. Memilah-milah dan mendeliniasi wilayah dari peta-peta tersebut berdasarkan:

  1. Ketinggian yang mewakili rezim suhu yang tetbagi atas rezim isopyhperthermic (ketinggian 0-700 m dpl), isothermic (ketinggian 700-1.500 m dpl) dan isomesic (ketinggian >1.500 m dpl).

  1. Iklim yang mewakili rezim kebasahan yang terbagi atas perudic (iklim tipe A dan B1 menurut klasifikasi Oldeman), udic (iklim tipe B2, C2, dan D2), ustic (tipe iklim C3, D3, dan E).

  1. Jenis  tanah yang  dapat diklasifikasikan  berdasarkan klasifikasi FAO,misalnya jenis tanah andisol, alfisol, entisol, dan oxisol.

  1. Mencocokan peta administrasi dengan skala 1:180.000 untuk mendeliminasi batas-batas pemerintahan daerah (jurisdiction boundary) dengan tujuan memadukan informasi biofisik dengan informasi mengenai sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya.

  1. Dengan menumpang tepatkan (overlay) peta wilayah berdasarkan jenis tanah dengan peta rezim kebasahan dan peta rezim suhu, maka memperoleh peta agroekologi 1:180.000 akan memperoleh Peta Zona Agroekologi. Dengan peta ini dapat ditentukan jenis tanaman (meliputi anaman pangan, hltikultura, perkebunan, dan kehutanan serta peternakan) yang paling cocok tumbuh atau hidup di zona tersebut.

3.4 Variabel pengamatan


Variabel yang diamati pada kegiatan praktikum meliputi:

  1. Jenis tanah

  1. Rezim suhu

  1. Rezim kebasahan

Penentuan masing-masing variabel, berdasarkan warna yang terdapat pada legenda peta rezim suhu, peta rezim kebasahan, dan peta jenis tanah.




3.5 Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum selanjutnya akan dianalisis menggunakan analisis statistika deskriptif.




BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil


4.1.1
Tabel  1. Peta  potensi tanaman  berdasarkan jenis  tanah Kabupaten


Bondowoso







No


Tanaman potensi



Tanaman pangan
Padi, jagung, kedelai
1

Alfisol
Tanaman sayuran
Sawi, kubis, wortel, kentang

Tanaman buah
Apel, strawberry






Tanaman perkebunan
Teh, Kopi, Coklat



Tanaman pangan
Ubi, kentang
2

Andisol
Tanaman sayuran
Wortel, kubis

Tanaman buah
Apel, manggis






Tanaman perkebunan
Kina, teh, kopi, pinus



Tanaman pangan
Padi, jagung, kedelai
3

Entisol
Tanaman sayuran
Cabai, tomat, terong

Tanaman buah
Mangga, jambu biji






Tanaman perkebunan
Tebu, tembakau, kopi




4.1.2 Tabel 2. Peta potensi tanaman berdasarkan rezim suhu Kabupaten Bondowoso

No

Tanaman potensi


Tanaman pangan
Padi, jagung, ubi jalar
1
Isohyperthermic
Tanaman sayuran
Buncis, terong, kacang
Tanaman buah
Srikaya, pisang, nangka, pepaya




Tanaman perkebunan
Vanilli, lada


Tanaman pangan
Padi, ubi kayu


Tanaman sayuran
Cabai, kacang-kacangan, sawi,
2
Isothermic

tomat
Tanaman buah
Rambutan, salak, sawo




Tanaman perkebunan
Coklat, vanilli, kopi Robusta,



jarak


Tanaman pangan
Jagung
3
Isomesic
Tanaman sayuran
Sawi kecil
Tanaman buah
Apel, strawberry, blueberry




Tanaman perkebunan
Teh
4.1.3 Tabel 3. Peta potensi tanaman berdasarkan rezim kebasahan Kabupaten Bondowoso
No

Tanaman potensi


Tanaman pangan
Padi, jagung
1
Udic
Tanaman sayuran
Tomat, cabai, wortel
Tanaman buah
Jeruk




Tanaman perkebunan
Teh, kopi, coklat


Tanaman pangan
Kedelai
2
Ustic
Tanaman sayuran
Kacang panjang
Tanaman buah
Buah naga




Tanaman perkebunan
Tebu




4.1.4 Tabel 3. Peta potensi tanaman berdasarkan rezim kebasahan Kabupaten Bondowoso

No

Tanaman potensi


Tanaman pangan
Padi, jagung, kedelai
1
ENT.2.1.
Tanaman sayuran
Kacang-kacangan, terong
Tanaman buah
-




Tanaman perkebunan
Tembakau , tebu


Tanaman pangan
Padi, jagung, kedelai
2
ALF.2.1.
Tanaman sayuran
Kacang-kacangan
Tanaman buah
-




Tanaman perkebunan
-


Tanaman pangan
Padi
3
ENT.2.2.
Tanaman sayuran
Kacang-kacangan, cabai, tomat
Tanaman buah
-




Tanaman perkebunan
Tembakau, tebu


Tanaman pangan
Padi
4
ENT.1.2.
Tanaman sayuran
Kacang-kacangan
Tanaman buah
-




Tanaman perkebunan
Coklat, kopi


Tanaman pangan
Padi
5
ALF.2.2.
Tanaman sayuran
Kacang-kacangan
Tanaman buah
-




Tanaman perkebunan
Coklat, kopi


Tanaman pangan
Jagung, padi
6
ENT.1.3.
Tanaman sayuran
Cabai, tomat
Tanaman buah
-




Tanaman perkebunan
Teh, kopi
7
ENT.2.3.
Tanaman pangan
Jagung
Tanaman sayuran
-




8










Tanaman buah
-


Tanaman perkebunan
Tembakau, tebu


Tanaman pangan
Ubi
8
AND.2.2.
Tanaman sayuran
Kacang-kacangan
Tanaman buah
-




Tanaman perkebunan
Kopi


Keterangan:

  1. ENT.2.1: Artinya mempunyai zona agroekologi dengan jenis tanah entisol, rezimkebasahan ustic, dan rezim suhu isohyperthermic.

  1. ALF.2.1: Artinya mempunyai zona agroekologi dengan jenis tanah alfisol, rezimkebasahan ustic, dan rezim suhu isohyperthermic.

  1. ENT.2.2: Artinya mempunyai zona agroekologi dengan jenis tanah entisol, rezimkebasahan ustic, dan rezim suhu isothermic.

  1. ENT.1.2: Artinya mempunyai zona agroekologi dengan jenis tanah entisol, rezimkebasahan udic, dan rezim suhu isothermic.

  1. ALF.2.2: Artinya mempunyai zona agroekologi dengan jenis tanah alfisol, rezimkebasahan ustic, dan rezim suhu isothermic.

  1. ENT.1.3: Artinya mempunyai zona agroekologi dengan jenis tanah entisol, rezimkebasahan udic, dan rezim suhu isomesic.

  1. ENT.2.3: Artinya mempunyai zona agroekologi dengan jenis tanah entisol, rezimkebasahan ustic, dan rezim suhu isomesic.

  1. AND.2.2: Artinya mempunyai zona agroekologi dengan jenis tanah andisol, rezimkebasahan ustic, dan rezim suhu isothermic.


4.2 Pembahasan

Komponen agroekologi merupakan dasar yang digunakan dalam menentukan zona agroekologi. Penetapan zona agroekologi dapat mewujudkan terciptanya pertanian yang berkelanjutan. Produktivitas bukanlah fokus utama pada pertanian berkelanjutan, namun stabilitas dan kontinuitas dalam melakukan usaha tani. Jenis tanah, rezim suhu, dan rezim kebasahan merupakan komponen agroekologi, yang membantu dalam pemilihan komoditas yang cocok pada kondisi wilayah tertentu.
Melakukan pencocokan tanaman dengan zona agroekologinya, menimbulkan efisiensi lahan. Penggunaan zona agroekologi pada tanaman juga dapat menekan terjadinya kerugian, karena tanaman yang tidak memiliki kecocokan dengan zona agroekologinya akan tidak akan tumbuh dengan optimal, bahkan cenderung menimbulkan kerugian.

Salah satu penentu zona agroekologi adalah iklim. Iklim merupakan bentuk dari perubahan usur cuaca dengan cakupan wilayah yang luas dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Unsur cuaca antara lain, suhu, kelembaban, angin, tekanan udara, jumlah partikel atmosfer, dan curah hujan (presipitasi). Sifat iklim yang yang dinamis, memerlukan pengetahuan khusus agar mampu melakukan pengolahan iklim, sehingga dapat meningkatkan produksi pertanian.

Semua unsur cuaca dalam iklim memiliki pengaruh tersendiri pada tanaman. Tumbuh kembangnya tanaman membutuhkan kondisi yang cocok dengan spesifikasi cuaca, dengan demikian cuaca yang baik dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal. Penanaman berdasarkan kecocokan dengan iklim akan meningkatkan efisiensi dalam melakukan usaha tani agro industri.

Bentuk tanah merupakan komponen zona agroekologi selanjutnya yang menyebabkan perbedaan komoditas yang diproduksi pada suatu wilayah. Perbedaan kontur permukaan tanah menyebabkan perbedaan tanaman yang dapat ditanam pada wilayah dengan kemiringan biasa, sedang, maupun ekstrim. Perbedaan juga dapat dipengaruhi oleh ketinggian tanah dari permukaan laut.

Komponen groekologi terakkhir adalah jrnis tanah. Sebagian besar permukaan bumi adalah tanah. Tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman sehingga diperlukan pengoolongan tanah berdasarkan karakteristiknya. Berikut jenis tanah menurut FAO:

  1. Alfisol

Alfisol adalah tanah bertekstur liat dan berwarna abu-abu.

  1. Andisol

Andisol adalah tipe tanah kering yang sangat miskin air dan unsur organik.

  1. Entisol :
Merupakan tanah dengan regolit yang tebal tanpa horison kecuali suatu lapis bajak.

  1. Histosol :

Merupakan tanah masam, yang tersusun atas tanah gambut

  1. Inceptisol

Adalah tanah dengan kesuburan bervariasi tetapi hanya memilkiki sedikit kandungan kalium.

  1. Mollisol

Tanah yang biasa ada pada wilayah padang rumput.

  1. Oxisol

Pada daerah tropis merupakan golongan tanah yang cukup tua.

  1. Spodosol

Adalah tanah yang bersifat masam dengan kandungan pasir kuarsa tinggi. Tanah ini bersifat masam dengan sedikit unsur hara.

  1. Ultisol

Memiliki nama lain yaitu podsolik merah kuning.

  1. Vertisol

Adalah tanah yang terlihat retak pada saat musim kering dan akan kembali mengembang pada musim dingin.

Berdasarkan pengamatan “Ananlisis peta zona agroekologi” pada praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh data potensi tanaman di Kabupaten Bondowoso. Beberapa daerah di Kabupaten Bondowoso yang tidak memiliki kecocokan dengan beberapa jenis tanaman, hal tersebut dikarenakan kombinasi yang kurang tepat antara komponen zona agroekologi. Komponen-komponen yang yang bersinggungan memiliki sumbangsih yang berbeda terhadap pertumbuha tanaman.

Komponen agroekologi yang bersinggungan memiliki potensi yang berbeda untuk tiap tanaman, baik potensi yang menguntungkan atau potensi merugikan. Suatu wilayah memiliki suhu yang baik untuk suatu jenis tanaman, namun jenis tanah dan bentuk tanahnya tidak mendukung, pernyataan tersebut merupakan contoh potensi yang akan merugikan jika petani menanam jenis tanaman tersebut.

BAB 5.KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

  1. Kabupaten Bondowoso memiliki delapan pembagian wilayah zona agroekologi .

  1. Beberapa wilayah di Kabupaten Bondowoso kurang baik ditanami beberapa jenis komoditas pertanian karena ketidak cocokan zona agroekologi dengan komoditas tersebut.

  1. Zona agroekologi menjadi solusi bagi petani untuk menghindari kerugian akibat zona tersebut tidak mendukung komoditas tanaman yang ditanam.


5.2 Saran

Kegiatan praktiku membutuhkan konsentrasi, ketenangan, dan juga kondisi lingkungan mendukung. Kegiatan praktikum yang lalu ruangan terasa pengap dan juga bau yang kurang sedap ada diaman-mana sehingga mengganggu jalannya praktikum. Mohon untuk praktikum selanjutnya agar lebih memperhatikan kondisi saat praktikum, baik kondisi laboratorium maupun kekondusifan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA


Busyra B. S. dan Salwati. ZONA AGROEKOLOGI SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI, 9(2):117-121.


Hamdani J.S., Sumadi1 , Yayat R.S., dan Lourenco M. 2016. Pengaruh Naungan dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang Kultivar Atlantik di Dataran Medium, 44(1):33-39.


Sandrawati A., Abraham S., Ajeng D.Y. 2017. Identifikasi Zona Agroekologi dan Kesesuaian Lahan Komoditas Mangga Arumanis (Mangifera indica L.) di Kabupaten Probolinggo, 15(1-2):30-37.


Sipahutar A.H., Posma M., Fauzi. 2014. Kajian C-Organik, N Dan P Humitropepts pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta, 2(4):1332-1338


Suriadikusumah, Abraham dan Ganjar Herdiansyah. 2014. Study of Land Resources Based on Agro-Ecological Zones in Bandung District, West Java-Indonesia. International Journal of Applied Science and Technology, 4(4):154-161.


Susetyo Y .A., M. A. Ineke P., Sri Y. J. P. 2013. Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE) menggunakan Logika Fuzzy pada Wilayah Pertanian Kabupaten Semarang Berbasis Data Spasial, 8(1):61-75.


Komentar